KISah dari pulau Galang Barelang
Jejak Sejarah Yang Tertinggal Di Pulau Galang
Mungkin diantara kawan kawan masih ingat dengan pelajaran IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial jaman dulu yang menceritakan tentang sebuah pulau yang dijadikan kamp untuk para pengungsi manusia perahu dari Vietnam. Mungkin kawan semua masih ingat jawabannya yaitu “Pulau Galang”,yang terletak dikepulauan Riau atau sekarang di singkat Kepri. Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia punya peran yang tidak kecil dalam ikut membantu UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) sebuah komisi yang ada di PBB yang mengurusi masalah pengungsi,
tepatnya saat pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNHCR membangun sebuah kamp pengungsi dengan berbagai fasilitasnya yang terletak dipulau Galang. Sebelum lebih jauh bercerita tentang jejak peninggalan sejarah yang ada di Pulau Galang, mari kita lihat dulu letak Pulau Galang dalam Peta berikut ini;
(Sumber gambar disini)
Pulau Galang adalah sebuah pulau yang terletak dideratan pulau yang paling ujung dari peta tersebut diatas. Untuk mempermudah transportasi menuju ke pulau Galang Maka dibangunlah jembatan. Jembatan yang pertama dari pulau Batam menuju ke pulau Galang ini berjumlah 7 jembatan. Jembatan jembatan ini menghubungkan pulau-pulau yaituPulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.
Jembatan yang paling megah adalah jembatan yang pertama yang menghubungkan pulau Batam menuju pulau Rempang (pulau sebelum pulau Galang). Jembatan Pertama ini disebut dengan jembatan “BARELANG” yang merupakan kepanjangan dari namaBAtam-REmpang-GaLANG. Menurut Wikipedia yang ada disini Jembatan ini disebut juga dengan “Jembatan Habibie” karena memang beliaulah yang memprakarsai pembangunan jembatan ini untuk mengembangkan perekonomian dan pengembangan industri di pulau pulau tersebut. Jembatan ini selesai dibangun pada tahun 1992. Ini dia penampakan Jembatan Barelang;
(Sumber gambar dari sini)
Dari Pusat Kota Batam menuju pulau Galang ini memakan waktu kira kira kurang lebih satu jam perjalanan. Kondisi jalan dan aspal yang mulus dan juga bebas dari kemacetan tentunya melancarkan tujuan kita menuju kamp pengungsi di pulau Galang yang memang terletak di paling ujung pulau. Dalam perjalanan menuju pulau ini akan banyak dijumpai perkebunan buah naga di bukit bukit sepanjang jalan, dan juga banyak yang lainnya.
Sebelum sampai di kamp pengungisian manusia perahu di pulau galang singgah sebentar disebuah vihara yang menjadi objek wisata religi juga di pulau ini. Saat tiba disana nampak terlihat wisatan asing juga sedang melakukan ibadah ditempat ini.
Bergerak menuju kamp pengungsi yang terletak di ujung pulau galang, sesampainya ditempat tujuan disambut oleh petugas keamanan yang berjaga jaga didepan pintu gerbang, menyambut dengan ramah dan menanyakan berapa orang yang ada di mobil, kemudian menyebutkan angka harga tiket masuk Rp.22.000 untuk 5 orang dewasa dan satu balita. Bergerak masuk melewati hutan dan disambut oleh banyak monyet monyet liar yang “berslieweran” dan juga bergelantungan diatas pohon. Terlihat beberapa wisatawan asing yang keluar dari mobil dan memberi makan monyet monyet liar itu, sambil dengan santai bule bule itu berphoto ria dengan mereka.
Memasuki areal perkampungan vietnam yang luasnya memang lebih bagusnya dengan tetap dengan mobil. Dijamin gempor kalo harus dengan jalan kaki karena luas dan disekelilingnya adalah hutan dan semak belukar. Gedung pertama yang saya lihat setelah dari Pos itu adalah bekas gedung PMI. Yang jelas suasanya sepi. karena tak berpenghuni lagi. Membayangkan betapa ramainya saat jaman dulu ketika pulau ini penuh dengan pengungsi pengungsi manusia perahu dari vietnam yang jumlahnya kira kira 250 ribu.
Menilik lagi kemudian dari cerita sejarah kenapa bisa sampai manusia-manusia perahu ini sampai di pulau ini. Terus terang saya sebelum ini tidak terlalu ambil peduli sejarah dibelakang kenapa manusia perahu ini sampai pergi meninggalkan negara mereka. Hanya tahu jaman SD saya dulu tentang Pulau Galang dan peran serta bangsa Indonesia dalam PBB. Lalu setelah berkunjung kesini langsung saya jadi penasaran dengan sajarahnya. Apalagi dengan kehadiran Yang Ti dan Kung Ri-nya kinan yang memang banyak bertanya tentang keberadaan Kamp pengungsi manusia perahu ini jadi mau tidak mau akhirnya saya harus “update” untuk tahu sejarahnya.
Para pengungsi vietnam atau biasa dikenal dengan sebutan manusia perahu ini adalah para penduduk bangsa vietnam yang melarikan diri dari negara mereka yang saat itu mengalami perang saudara. Perang saudara yang terjadi diwilayah Utara Vietnam dengan Wilayah Selatan. Dari sejarahnya bisa disebut juga perang saudara karena perbedaan ideologi, ideologi komunis dan ideologi demokrasi liberali. Wilayah Vietnam Utara yang pro ideologi Komunis dibantu China, sedangkan Vietnam Selatan dibantu oleh Amerika yang nyata nyata negara demokrasi liberal. Entah siapa yang saat itu menjadi pemenang, karena sejarah seakan kabur *kalo kita lihat di film film Amerika pasti Amerika yang menang
, yang pasti Amerika yang dengan senjatanya yang lebih modern telah kalah dengan vietnam yang perlengkapan senjatanya tidak terlalu canggih dan hanya mengandalkan strategi dan juga perang gerilya *jadi ingat perang gerilya di Indonesia banyak pahlawan kita menang melawan penjajah dengan siasat perang gerilya.
Banyak korban dari pihak amerika dan banyak penduduk vietnam selatan yang akhirnya melarikan diri keluar negara mereka menggunakan perahu-perahu yang telah mereka buat dan persiapkan untuk pelarian. Berbulan bulan dan bahkan mungkin tahunan mereka terombang ambing di Samudera akhirnya banyak yang terdampar di pulau pulau seputaran Indonesia bagian barat terutama didaerah Kepulauan Kepri. Mereka terdampar dan tersebar diberbagai pulau yang ada di wilayah Kepri. Pada akhirnya membuat Pemerintah Indonesia menyediakan dan memfasilitasi dengan menyediakan sebuah pulau sebagai tempat untuk mengumpulkan pengungi vietnam atau manusia perahu ini yaitu Pulau Galang. Pemerintah dan UNHCR membangun semua fasilitas yang dibutuhkan untuk pengungsi ini. Mulai dari Rumah rumah atau barak pengungsi atau penampungan, tempat ibadah, Sekolah, klinik atau rumah sakit, pemakaman bahkan juga penjara dibangun disana.
Saat saya berkunjung kesana suasana terasa sepi dan sunyi. Bangunan bangunan itu tampak berdiri tegak tidak terawat, banyak semak belukar disana sini. Namun tidak mengurangi nilai sejarah yang pernah tertulis dan terjadi disitu. Saya jadi membayangkan flashback ke tahun 1979 ketika kamp pengungsian ini dibangun dan berisi lebih dari 250 ribu orang manusia perahu sampai kemudian ditutup pada tahun 1996. Dengan beragam cerita dan dinamikanya.
Kembali lagi ke perjalanan saya kali ini, setelah melewati pintu gerbang kemudian terus melewati jalan jalan aspal dengan kanan kiri diberi tulisan tanda pengenal jalan dan nama tempat. Akhirnya kami tiba disebuah tempat yang pada awal melihatnya menurut pandangan mata saya itu adalah sebuah taman kecil. Kami minta driver menepi dan berhenti sebentar untuk saya memotret dengan camdig saya disisi sebelah kiri .Photo ini adalah sebuah tempat yang menurut saya adalah sebuah taman pada awalnya;
Ternyata itu bukan sebuah taman bunga atau sejenisnya, tapi itu adalah sebuah tugu peringatan yang dikenal dengan sebutan patung kemanusiaan atau “Humanity Statue” yang dibangun dalam rangka mengingat kisah tragis dari seorang pengungsi wanita yang bernama Tinha Nhan. Gadis ini mengalami kekerasan seksual atau perkosaan yang dilakukan oleh sesama pengungsi pria ditempat itu, dan pada akhirnya karena tidak kuat menanggung beban psikologis akibat peristiwa itu Tinha Nhan memilih bunuh diri. Kisah ini begitu memilukan dan tragis. Lagi lagi kekerasan terhadap kaum perempuan.
Melanjutkan perjalanan, tak berselang jauh dari “Humanity Statue” ada sebuah pemakaman. Asli saya tidak menyangka pada awalnya bahwa saya akan berkunjung kedaerah wisata sejarah yang seperti ini, mengingat saat itu saya mengajak kinan, agak sedikit merinding juga melihat sunyi senyap suasana. Untungnya driver yang membawa kita saat itu dari sebuah rent car cukup bagus menjadi pemandu wisata kami saat itu dengan memberikan banyak penjelasan dan mengubah suasana sunyi sepi yang mencekam dan juga membuat saya sedikit merinding menjadi lebih sedikit berubah lebih menyegarkan. Pemakaman ini dibuat untuk mengubur jasad para pengungsi yang meninggal akibat sakit, terkena wabah penyakit atau endemi saat itu. Pemakaman ini diberi nama Ngha Trang. Disana ada kurang lebih 503 makam penganut Budha dan kristen. gerbang makam itu tertulis ”Dedicated to the people who died in the sea on the way to freedom.” Ini dia gambar pemakaman yang dibangun di kawasan pulau galang ini;
(Sumber gambar dari sini)
Melaju terus melanjutkan perjalanan sampailah pada monumen perahu dari para pengungsi vietnam. Perahu ini adalah bekas penginggalan para para pengungsi vietnam yang saat itu dibakar dan ditenggelamkan oleh mereka, sebagai bentuk aksi protes mereka kepada UNHCR dan pemerintah Indonesia karena mereka tidak mau dipulangkan ke negaranya karena tidak bisa lolos untuk mendapatkan kewarganegaraan atau suaka dari negara negara lain seperti Australia, Amerika serikat dan negara yang lainnya. Dibawah ini adalah monumen perahu dari para pengungsi.
Setelah dari monumen perahu terdapat museum yang menyimpan benda benda yang digunakan para pengungsi vietnam saat berada di kamp pengungsian.
(Gambar diambil dari sini)
Dimusium ini juga terdapat toko cendera mata yang menjual barang barang souvenir yang bisa dibawa pulang wisatawan. Melanjutkan perjalanan dengan menikmati bekas bekas bangunan yang masih tersisa di kamp pengungsian ini rasanya menyayat hati. Sedih melihat peninggalan penginggalan ini kini tidak begitu terawat, banyak semak belukar. Membayang pada saat masa lalu tempat itu ramai dengan pengungsi. Ini suasana yang sempat terabadikan dalam kamare digital saya saat itu.
Ini bekas tempat peribadatan yang ada dikompleks kamp pengungsi vietnam di PUlau Galang.
(Gambar diambil dari sini)
Vihara Budha yang terletak di diatas bukit dekat pintu masuk menuju kawasan kamp pengungsi vietnam.
(Gambar diambil dari sini)
Dari perjalanan saya ke bekas kamp pengungsi pulau Galang ini menyisakan sebuah renungan kepedihan dari banyak sisi. Betapa perang dimana mana selalu mengakibatkan penderitaan bagi sebagian besar rakyat sebuah negara. Bayangkan pada akhirnya banyak keluarga terpisah, banyak anak yang harus terpisah dari orangtuanya karena diadopsi oleh pasangan dari luar negara nun jauh disana, seperti di Amerika serikat banyak para imigran vietnam yang mendapatkan suaka disana. Sedih membayangkan hal hal seperti itu. Kemudian dari sisi sejarah betapa jasa pemerintah Indonesia kala itu membantu UNHCR dengan memfasilitasi pembuatan kamp pengungsi di pulau Galang mulai terlupakan oleh kita dan dimata dunia. Semoga dengan giatnya pemerintah daerah propinsi Kepri menggiatkan usaha pariwisata sejarah di bekas kamp pengungsi manusia perahu ini menjadikan Pulau Galang ini semakin dikenal sebagai tujuan wisata sejarah. Begitu pula semoga diimbangi dengan perawatan dan juga pemeliharaan bangunan, sarana dan prasarana yang ada di objek wisata sejarah ini. Semoga menjadi Cagar budaya yang mampu menarik minat wisatawan baik asing maupun domestik. Berwisata ketempat bersejarah seperti ini tentunya mempunyai sensasi yang luar biasa berbeda dengan berwisata ketempat objek wisata lainnya. Objek wisata bekas kamp pengungsi manusia perahu di pulau Galang ini merupakan bukti sejarah yang tercatat dimata dunia dan harus kita pelihara dan kita sebagai bangsa Indonesia patut berbangga karena peran serta pemerintah Indonesia kala itu.
Comments
Post a Comment
Komentar lah dengan baik dan sopan