Tulisan bang zulfawilman untuk sahabatnya rahmat al mubuti

*MERANTAULAH WALAU KETANJUNG PINANG*
*Sebuah ingatan pada seorang sahabat bernama Rahmad Ihsan Al Mubuti*

Mungkin judul tulisan ini sedikit di paksakan, ini karena ada ucapan yang terlepas harus dipertanggungjawabkan. Rahmat Ihsan (RI) Al mubuti adalah seorang sahabat yang sudah cukup lama dikenal, awal perkenalan dengan dia adalah sama sama menjadi santri Majelis Nurul Musthafa. Tak bisa dihindari sudah menjadi tabiat manusia pasti memperhatikan apa yang ada disekelilingnya dan juga memberikan penilaian. Awalnya seorang RI dimata saya hanyalah seorang sarjana agama kebanyakan, karna kuliah di STAIN ya pantas saja kalau ia bisa ceramah dan jadi ustadz panggung ditambah orang melayu yang suka berpantun, namun orangnya “cuek” kalaulah tidak mau dibilang tidak acuh dengan kondisi sekitarnya.
Ceritanya berawal saat Majelis Nurul Musthafa melakukan safari dakwah ke mubut kampungnya ustadz RI. Sebuah kampong kecil, tapi ada kesan semarak menyambut kedatangan kami datang kesana. Disanalah diketahui bahwa ustadz RI bukan orang biasa, dia ada trah keulamaan dikampung tersebut. Saya tak ingat nama siapa siapa yang memberikan sambutan, tapi dalam sambutan itu ada disebutkan bahwa beberapa dari anak anak mereka di kirim ke timur (saya lupa persisnya dimana) untuk menjadi santri pesantren diantaranya pesantren tahfiz qur’an. 
Saya berfikir dan tidak dapat jawabanya kenapa mereka di kirim ke timur bukan jawa yang lebih dikenal sebagai gudang ilmu di nusantara ini. Akan tetapi saya yakin sebagaimana pepatah minang mengatakan *”Untuak mambangkik Batang Tarandam”*. Artinya sebuah asa untuk membangkitkan kejayaan yang pernah ada dimasa lalu. Salah satu untuk mambangkik batang tarandam adalah dengan merantau termasuk dengan menuntuk ilmu ke negeri seberang. Terkhusus untuk ustadz RI yang merantau ke Kota Tanjungpinang, sekilas sangat biasa saja. Akan tetapi ketika disampaikan perihal ustadz RI oleh salah seorang tetua kampung itu yang masih ada sangkutan dengan orangtua ustadz RI merubah pandangan saya terhadap beliau, apalagi saat beliau berbicara di depan khalayak, saya melihat sisi lain dari dirinya saya dapat merasakan sesak yang ada didada yang ditahannya membuncah di bolamata yang berkaca kaca. Seorang budak melayu yang super cuek, telah merubah menjadi seorang yang penuh empati penanggung beban. 
Ada ungkapan Abi Alfi *Orang orang besar itu pada umumnya perantau* Imam Asy-syafi’i juga mengatakan dalam diwannya *Mengasinglah (berpindahlah) ke banyak negeri untuk mencari kemuliaan dan bepergianlah, dalam bepergian itu ada lima faedah (yang bisa didapat) Hilangnya kesusahan, mendapatkan penghidupan Serta (mendapatkan) ilmu, tata krama, serta teman-teman yang mulia*. Ketika itu saya berharap agar harapan tetua dan orang kampong yang ada dibolamata ustadz RI dikabulkan Allah SWT, walaupun saya tak tahu persis harapan harapan itu.
Kalau kita melihat jarak tanjung pinang dengan mubut memang sangatlah dekat untuk sebuah perantauan, Namun demikian tanjung pinang menjadi tujuan bagi perantau nan jauh jdisana. Mereka berasal dari berbagai daerah baik dari sumatera daratan, jawa bahkan ambon dan daerah timur lainnya sampai yang mata sipit tidak sedikit ditanjung pinang. Sungguh negeri ini negeri betuah, lima manfaat merantau yang diutarakan oleh imam asy-syafi’I bisa terwujud, bakan pernyataan Abi Alfi adalah kenyataan. Hilangnya kesusahan, mendapatkan penghidupan Serta (mendapatkan) ilmu, tata krama, serta teman-teman yang mulia yang pada akhirnya menjadikan mereka orang orang besar. 
Namun begitu bukan berarti merantau lebih baik dari yang tidak merantau semua ada maqomnya masing masing. Gurunya imam asy-syafi’I yaitu imam malik lahir sampai meninggalnya menetap di madinah sehingga salah satu kaidah fiqihnya dikenal dengan *amal ahlul madinah*. Maka kita perlu memahami hakikat merantau itu dalam *mambangkik Batang Tarandam* sebagaimana dipahami orang minang . Tujuan utama dalam marantau adalah mencari bekal pulang kampong baik secara lahir maupun bathin. Pada dasarnya bekal perantau minang adalah pandai baca Al-Quran (petunjuk Allah), pandai bersilat (Silaturahim). Dan salah satu nasehat tetua bagi anak muda yang hendah pergi merantau *Jan Marantau Cino* artinya jangan merantau seperti orang cina yang meninggalkan dan tak pernah kembali. Tapi  kembalilah dengan membawa bekal yang banyak.

Comments

Popular posts from this blog

Cara mengobati terkena Ikan lepu dan sembilang serta ikan berbisa lainya

IKAN TOKAK

Pondok buruk Film mengharukan dan buat menangis